Oleh : Tri Endah Nugraheni, S.Pd
Negeri ini sedang terjangkiti virus Islamophobia. Ketakutan dan benci terhadap islam atau Islamophobia semakin marak digaungkan oleh musuh-musuh islam. Hari ini banyak simbol-simbol islam yang dikriminalisasi. Bendera dan Panji Rasulullah SAW pun ikut menjadi korban. Buktinya Menag mempersoalkan adanya bendera tauhid di acara Perkenalan Rohis di MAN 1 Sukabumi. Menag menginstruksikan untuk mengusut dan menginvestigasi insiden pengibaran bendera tauhid yang sempat viral di medsos itu. www.detik.com/news/21 Juli 2019
Islamophobia membawa dampak menjauhkan umat islam dari ajaran islam. Termasuk menjauhkan umat islam dari simbol-simbol Islam. Narasi yang dibuat menyebutkan bendera Tauhid disebut bendera HTI, tentu membuat ketakutan pada diri umat sebab opini publik melabeli HTI ormas terlarang padahal HTI hanya dicabut status badan hukum perkumpulannya. Bendera yang disebut-sebut identik dengan bendera HTI adalah Liwa Rayah merupakan bendera Rasulullah atau bendera umat islam. Siapa saja dan ormas apapun berhak membawa bendera tersebut. Bahkan HTI sekalipun. Sungguh menyanyat hati jika melihat umat islam phobi terhadap benderanya sendiri.
Oleh karena itu, penting bagi kita mendakwahkan umat islam untuk mengenalkan bendera Rasulullah saw agar kelak umat sadar bahwa itu adalah bendera islam. Ketika umat sadar dan mau menerimanya. Maka umat akan menolak racun-racun islamophobia yang di gencarkan musuh-musuh islam.
Dalam bahasa arab bendera dinamai Liwa ( jamaknya alwiyah ). Sedangkan panji-panji perang dinamakan rayah. Al-Liwa sebagai bendera negara Islam berwarna dasar putih dan tertulis diatasnya La illaaha illa Allah Muhammad Rasulullah dengan tulisan hitam berukuran besar. Sementara Ar-Rayah berwarna hitam tertulis diatasnya La illaaha illa Allah Muhammad Rasulullah dengan tulisan putih berukuran lebih kecil, digunakan saat berperang, dan dipindahtangankan dari Khalifah ke panglima atau komando pasukan perang. Penjelasan Al-Liwa sebagai bendera negara Islam dan Ar-Rayah sebagai panji perang dijelaskan oleh beberapa hadis :
كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ، وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ
“Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih.” (HR Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah dari Ibn Abbas)
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «دَخَلَ مَكَّةَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ
“Bahwa Nabi Saw masuk ke Mekah dan Liwa’ beliau berwarna putih.” (HR Imam An-Nasai dan At Tirmidzi)
كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْيَضَ
“Liwa Rasulullah Saw berwarna putih.” (HR Ibn Abiy Syaibah)
Imam Muhammad al-Hasan As-Syaibani Berkata,
ثُمَّ اللِّوَاءُ اسْمٌ لِمَا يَكُونُ لِلسُّلْطَانِ ، وَالرَّايَةُ اسْمٌ لِمَا يَكُونُ لِكُلِّ قَائِدٍ تَجْتَمِعُ جَمَاعَةٌ تَحْتَ رَايَتِهِ
“Liwa’ adalah bendera yang berada di tangan penguasa. Rayah adalah panji yang dimiliki oleh setiap pemimpin divisi pasukan, di mana semua pasukan yang ada dalam divisinya disatukan di bawah panji tersebut.
Bendera dan panji Rasulullah SAW, mempunyai makna yang mendalam bagi umat islam. Tidak hanya sekedar simbol identitas negara saja. Makna-makna di balik bendera Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diantaranya sebagai lambang aqidah islam dimana tertulis kalimat tauhid yang merupakan pembeda antara iman dan kufur. Sebagai pemersatu umat islam diseluruh penjuru dunia, simbol kepemimpinan, pembangkit keberanian dan pengorbanan serta sarana menggentarkan musuh. Selayaknya kaum muslim bangga terhadap benderanya bukan justru phobia.