Oleh: Finis & Maulidia
(Aktivis Dakwah)
Berbicara tentang fesyen seperti tak ada habisnya. Dari kalangan tua sampai muda, semua berlomba-lomba memperindah pakaian agar dikenal fashionable. Dari kalangan menengah ke atas sampai menengah ke bawah juga tak mau ketinggalan berpakain nyentrik agar terlihat fashionable. Pergelaran fesyen juga sempat menghebohkan warga Jawa Barat dan sekitarnya bahkan luar negeri lantaran dihadiri oleh anak-anak pinggiran yang ingin diakui eksistensinya. Publik kemudian mengenal pergelaran ini dengan sebutan Citayam Fashion Week (CFW).
Membahas pergelaran fesyen yang saat ini sedang marak diselenggarakan di sejumlah tempat di tanah air, Muslimah Bangil berkolaborasi dengan Smart With Islam Bangil mengadakan acara bincang santai dengan tema "Muslimah Fashionable, Ngeksis Atau Krisis?”. Acara ini diselenggarakan Ahad, 28 Agustus 2022 dengan menghadirkan dua narasumber yakni Ustazah Ira (Analis Politik dan Media) dan Kak Fifik (Pemerhati Remaja).
Mengawali acara, Kak Fifik menyampaikan fakta berikut. "CFW adalah ajang pergelaran fesyen oleh anak-anak pinggiran yang berlomba-lomba berpakaian nyentrik dengan tujuan ingin eksis. Acara tersebut mendapat apresiasi dari pemerintah setempat karena dianggap sebagai wadah penyaluran kreativitas anak bangsa. Namun sayangnya yang terjadi di acara tersebut, banyak juga muslimah yang ikut serta dengan memamerkan aurat tanpa rasa malu, dan parahnya lagi banyak kaum pelangi (LGBT) yang juga hadir di acara tersebut dengan rasa bangga," jelas Kak Fifik.
Ustazah Ira selaku narasumber kedua menanggapi fakta tersebut dengan menjelaskan pandangan Islam mengenai kreativitas. "Kita harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang spesial. Islam adalah agama yang berasal dari Zat Yang Maha Hidup yaitu Allah Swt. Manusia adalah makhluk yang spesial yang diciptakan oleh Allah Swt. Sudah sepatutnya kita menjadikan Islam sebagai dasar hidup kita. Lantas bolehkah muslimah berkreativitas menurut pandangan Islam? Muslimah berkreasi boleh-boleh saja asalkan tidak keluar dari syariat Islam. Namun yang terjadi saat ini, kreativitas yang disalurkan adalah semakin menjauhkan dari syariat Islam. Sebagimana yang terjadi di acara CFW yang pamer aurat, campur baur laki-laki dan perempuan, atau di acara lain seperti Jember Fashion Carnival (JFC), termasuk unjuk kreativitas saat memperingati perayaaan kemerdekaan RI dengan pakaian yang terbuka. Ini semua adalah efek dari penerapan asas sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan)."
"Umat merasa kebingungan, mereka ingin taat kepada Allah, tetapi mereka juga merasa berat dengan materi. Mereka menganggap ketaatan kepada Allah hanya pada saat di masjid, di musala, pada saat haji, saat puasa saja. Sedangkan di ranah kehidupan lainnya seperti bermuamalah dan bernegara, mereka lepas dari ketaatan kepada Allah. Sehingga melahirkan acara-acara fesyen yang cukup menguntungkan. Pengaruh budaya Barat secara terus menerus di tengah-tengah umat, membuat umat makin moderat dan makin jauh dari syariat Islam," ungkap Ustazah Ira.
Ustazah Ira menjelaskan lebih lanjut bahwa Allah Swt., mengutus Rasullullah saw., sebagai teladan terbaik bagi manusia. Islam mengarahkan manusia menjadi sosok-sosok yang kreatif yang mampu mengguncangkan surga Allah. Yaitu dengan keimanan dan ketaatan kepada-Nya. Apakah dengan kondisi saat ini, seperti fenomena CFW, JFC atau kreasi dalam peringatan 17-an, akan membawa negeri ini menjadi lebih baik? Padahal permasalahan umat saat ini sangatlah kompleks. Salah satunya problem liberalisasi remaja dengan gaya fesyen yang jauh dari syariat Islam. Di dalam Islam, boleh- boleh saja berkreasi, asalkan tidak keluar dari jalur syariat. Untuk membentuk generasi dan sosok yang unggul di mata Allah, kita diperbolehkan berkreativitas untuk eksistensi Islam. Maka tek heran ketika masa kejayaan Islam terlahir generasi-generasi unggul menjadi duta Islam.
"Pada masa Rasulullah saw., banyak sahabat yang kreativitasnya didedikasikan untuk eksistensi Islam dan semata-mata karena Allah Swt., salah satunya Salman Al-Farisi. Salman memiliki orang tua yang beragama Majusi. Beliau terkenal sosok yang cerdas dalam strategi perang. Beliau memiliki ide kreatif untuk menghadapi serangan musuh dengan membuat parit agar mampu bertahan dan memenangkan peperangan dalam perang Khandaq. Kreativitas inilah yang menjadikan beliau eksis di mata penduduk langit," terang Kak Fifik.
Contoh lain seperti Walisongo, penyebar Islam di Nusantara yang diutus pada masa Kekhilafahan Utsmani. Di antara Walisongo tersebut ada Sunan Kalijogo yang memanfaatkan wayang kulit sebagai media dakwah sehingga pengajaran Islam lebih mudah dipahami oleh penduduk pada masa itu.
"Lantas apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikan kebangkitan Islam kembali menjadi peradaban unggul? Kita harus mengubah pemikiran dan pemahaman berdasarkan akidah Islam. Selanjutnya keluarga dan masyarakat diberikan edukasi agar memunculkan kesadaran untuk mendukung perubahan tersebut dengan senantiasa terus menerus melakukan amar makruf nahi mungkar. Kita harus berkumpul dengan orang-orang yang saleh dan salehah. Sambil terus berdakwah kepada orang-orang yang berada di sekitar kita. Yakni dengan memberikan dukungan dan perhatian kepada orang-orang yang mau berubah ke arah yang lebih baik. Jangan malah diolok-olok. Selanjutnya kita juga butuh sistem pemerintahan yang mau menerapkan syariat Islam secara kaffah. Dan ini membutuhkan sebuah perjuangan," tutur Kak Fifik.
Dari penjelasan tersebut kita bisa menilai bahwa CFW, JFC, bahkan kreativitas berpakaian dalam peringatan HUT kemerdekaan adalah kreativitas yang tidak sesuai Islam. Kreativitas yang sebenarnya hanya didedikasikan untuk Islam, sesuai standar syariat. Jadi bukan dengan berpenampilan menarik, membuka aurat, dan berbeda dari lainnya agar terlihat fashionable. Sejatinya fashionable saat ini selain hanya sekadar mengejar eksis di mata manusia agar viral, melainkan juga krisis dari syariat Islam. Eksis sejati bukanlah mereka yang hanya terkenal di dunia melainkan yang juga terkenal di mata penduduk langit karena ketakwaannya kepada Allah Swt.
Wallahu a'lam.[]