Duka Dibalik Gugurnya 100 Tenaga Medis




Oleh : Septa Yunis 

Analis Muslimah Voice 


Indonesia kembali berduka dengan meninggalnya 100 dokter akibat terpapar virus yang mematikan bernama corona. Hanya dalam waktu enam bulan, Indonesia telah berduka dengan gugurnya lebih dari seratus dokter akibat Covid-19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sudah genap 100 dokter yang gugur melawan infeksi virus Corona jenis baru atau dikenal dengan nama SARS-CoV-2 pada Sabtu 30 Agustus 2020. Jumlah ini terus bertambah mencapai 102 dokter pada dua hari berikutnya, sebagaimana yang diungkap oleh Ketua Satgas Covid-19 IDI,  Zubairi Djoerban.


Hal tersebut menjadi pukulan telak bagi Indonesia. Dengan berkurangnya tenaga medis terutama dokter, sudah dapat dipastikan Indonesia bakal kalang kabut menangani pasien, terutama pasien terkonfirmasi covid-19 yang semakin membludak. 


Menanggapi persoalan tersebut, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan terus bertambahnya dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 adalah kerugian besar bagi Indonesia. Dia mengungkapkan, berdasarkan data Bank Dunia, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya. Sehingga, kehilangan 100 dokter sama dengan 250.000 penduduk tidak punya dokter. 


Padahal bukan sebuah hal yang mudah melahirkan satu orang dokter, butuh proses panjang dan tentu memakan waktu yang tidak singkat. Seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Tim Audit dan Advokasi Kematian Dokter PB IDI, Dr. dr. Mahlil Ruby.


"Investasi pendidikan dokter cukup mahal. Apa lagi banyak dokter yang gugur sebagai super spesialis atau konsultan spesialis. Mendidik seorang dokter sampai menjadi super spesialis butuh waktu 12-15 tahun. Sehingga negara sesungguhnya rugi karena kehilangan tenaga-tenaga profesional untuk melayani rakyat," kata Ruby.


Jika hal demikian terus dibiarkan tanpa ada solusi tuntas untuk mengatasi permasalahan ini, maka, bisa dipastikan sistem kesehatan negara ini ke depannya akan semakin buruk. 


Dari awal kemunculan corona, pemerintah memang terkesan abai dari sudut penangananya. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak sejalan dengan kondisi lapangan. Orientasinya hanya berpusat pada keuntungan (materi) semata. Jauh dari pandangan menjaga jiwa manusia. Mereka memberikan solusi hanya untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Sama sekali tidak memiliki visi menyelamatkan nyawa rakyat. Begitulah jika negara berpegang teguh kepada sekuleristik, dan menjalankan roda perekonomian dengan kapitalistik. 


Rasanya, memang sudah saatnya masyarakat melirik Islam sebagai solusi dari setiap masalah yang ada di dunia ini. Islam berusaha menjaga jiwa manusia. Maka dari itu, Islam akan memberi jaminan, perlindungan, serta penghargaan yang layak bagi para tenaga kesehatan. Menyediakan secara optimal kebutuhan fasilitas kesehatan khusus masa wabah. 


Dengan demikian, dapat meminimalisir gugurnya para tenaga medis dalam berjuang untuk menyelamatkan nyawa umat. So, masih ragu mengambil Islam sebagai solusi?[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama