Pulihnya Ekonomi di Tengah Pandemi dengan Islam Kaffah



Oleh: Retno Kurniawati
(Analis Muslimah Voice)

Di tengan musibah melanda, di saat ekonomi masyarakatnya tertatih akibat ada pandemi covid-19. Rupanya malah pengumuman kenaikan-kenaikan yang mebjadi hadiahnya. Ada kenaikan BPJS, kenaikan listrik dan juga pencabutan subsidi LPG.

Ironisnya pajak kapal pesiar yang tentu saja barang mewah dan yang punya hanya segelintir saja malah pajaknya akan di hapus.

Inilah karena yang di pakai standarnya adalah untung dan rugi maka memang jelas yang di lindungi yang punya kapital atau kapitalis.

Padahal kapitalisme yang telah diadopsi oleh sebagian negara, termasuk Indonesia memang semakin menampakkan kegagalannya. Sebelum adanya wabah saja, Indonesia secara ekonomi sudah terpuruk. Pengangguran masih sangat tinggi, kemiskinan, dll.

Bukan hanya pada bidang ekonomi saja kapitalisme bobrok. kebobrokan juga terlihat pada bidang yang lain juga. Misalnya tata pergaulan/sosial masyarakat yang sudah kebablasan, sehingga marak terjadi perselingkuhan, hamil diluar nikah dll.

Generasinya mudanya di cekok i tanyangan film-film yang unfaedah seperti yang mengajarkan pacaran sejak SMP bahkan hingga hamil. Yang lebih miris adalah munculnya kaum eLGeBeTe.

Dalam penanganan hukum juga masih meninggalkan banyak problem. Koruptor kelas kakap bisa melengang bebas, sedangkan rakyat kecil ketika mencuri langsung dihukum dengan hukuman yang berat. Kriminalisasi kepada pengemban dakwah yang melakukan koreksi terhadap pemimpin yang semakin di kriminalisasi.

Bidang pendidikan yang kacau, anak-anak di jadikan lahan try and error bisnis pula seperti belajar menggunakan aplikasi

Pada bidang kesehatan, disaat sibuknya tenaga medis bertugas saat ada virus covid- 19 negara tidak mendukunya dengan melakukan tindakan mencegahan penyebaran virus secara menyeluruh. Misalnya aturan tentang lock down.

Inilah saat negara mengambil Kapitalisme sebagai pengatur kehidupan rakyat Indonesia maka semua itu juga akan diberlakukan pada semua lini kehidupan tanpa terkecuali dan saling berkaitan.

Kapitalisme membuat ketidakadilan dan kesenjangan ekonomi. Karena kapitalisme membuang peran agama jauh-jauh dari kehidupan masyarakat. Tidak ada aturan agama dalam mengatur kehidupan.

Mereka tidak ada kata halal ataupun haram. Apa pun bisa dan boleh dilakukan asalkan sama-sama setuju. Dan yang pasti menguntungkan.

Sehingga riba yang dalam al-Qur’an diharamkan oleh Allah, menjadi halal dengan berbagai alasan, seperti mampu memutar roda ekonomi. Atau tidak apa-apalah riba sedikit saja.

Karena kapitalisme adalah sumber aturannya berasal dari buatan manusia. Jadi ya seperti itu, muncul kelemahan-kelemahannyang yang berkaitan satu sama lain.

Berbeda dengan Islam, aturan yang dipakai adalah aturan dari Allah SWT. Maka aturan yang muncul adalah aturan yang akan mencangkup keseluruhan karena dibuat oleh Allah SWT yang tidak memiliki kepentingan apapun kepada siapapun.


Dan uniknya aturan dalam Islam, tidak mengatur bagian per bagian cara penerapannya. Namun secara total.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (TQS. al-Baqarah [2]: 208).

Maka, satu-satunya cara jika ingin memperbaiki ekonomi di tengah pandemi covi-19 satu-satunya cara adalah kembali pada ekonomi Islam. Namun tentu saja hanya bisa di lakukan dengan kembali kepada Islam di bidang-bidang yang lainnya juga karena memang aturan Allah itu terkait satu sama lainnya, dan hanya bisa diterapkan dalam sistem Khilafah.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama