Kurikulum Moderat, Upaya Melumpuhkan Kebangkitan Umat



Oleh: Kholila Ulin Ni'ma, M.Pd.I

Tak hentinya upaya moderasi Islam dilakukan. Berbagai krisis akibat pandemi ternyata belum membuat sebagian manusia sadar pentingnya kembali pada Islam secara total. Alih-alih memilih kembali dalam naungan Islam, mereka justru berusaha menjauhkan generasi dari syariat melalui kurikulum moderat.

Ya, Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi resmi menghapus konten yang dianggap radikal yang termuat di buku pelajaran madrasah. Di antaranya yakni konten khilafah dan jihad (perang). Menag berdalih, materi ajar yang tidak mengedepankan kedamaian, keutuhan dan toleransi harus dihilangkan. Sebagaimana yang disampaikan Menag akhir tahun lalu, bahwa yang dikedepankan dalam buku-buku ajar madrasah ialah Islam wasathiyah. (republika.co.id, 7/12/2020)

Selain itu, program moderasi beragama lainnya yang juga tengah dijalankan Kemenag yakni pelatihan bagi guru dan dosen, penyusunan modul pengarusutamaan Islam wasathiyah, serta madrasah ramah anak. (terkini.id, 2/7/2020)

/Jihad dan Khilafah Ajaran Islam, Laknat Allah bagi yang Menyembunyikan/

Kebijakan rezim dengan mengubah konten yang dianggap radikal ini jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Sebab jihad dan khilafah adalah bagian Fiqh Islam. Ia merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah.

Kewajiban jihad jelas termaktub dalam al Quran Surah Al Baqarah ayat 216 dan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sedangkan kewajiban penegakan khilafah juga telah disepakati oleh ulama.  “Para imam mazhab (yang empat) telah bersepakat bahwa Imamah (Khilafah) adalah wajib…” [Lihat, Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, Juz V/416].

Hal senada ditegaskan oleh Ibnu Hajar al-Atsqalani, “Para ulama telah sepakat bahwa wajib mengangkat seorang khalifah dan bahwa kewajiban itu adalah berdasarkan syariah, bukan berdasarkan akal.” [Ibn Hajar, Fath al-Bari, Juz XII/205].

Sadar mendapat kritikan dari berbagai kalangan, Kemenag pun berdalih bahwa materi tersebut tidak dihapus, namun disesuaikan dengan konteks keindonesiaan. Dijelaskan dalam buku-buku itu bahwa khilafah tak lagi relevan di Indonesia. Sehingga cukup ditulis dalam sejarah. Makna jihad pun diwujudkan dalam konteks keseriusan dalam berjuang. Diperjelas di sana bahwa jihad yang dimaksud itu perjuangan, bukan perang.

Perlu kita garis bawahi, jihad dan khilafah ini memiliki makna khosh. Tidak bisa dibelokkan maknanya sesuai keinginan nafsu dan akal.

Jihad bermakna perang telah difirmankan Allah:

كتب عليكم القتال وهو كره لكم وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم والله يعلم وأنتم لا تعلمون

“Diwajibkan atas kalian berperang selain itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci seseorang, padahal ia sangat baik bagi kalian. Boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagi kalian. Allah tahu, sedangkan kalian tidak tahu. ” (TQS Al-Baqarah: 216).

Selain di beberapa ayat al-Quran, jihad yang berarti perang (qitaal) di jalan Allah dinyatakan dalam sabda Rasulullah saw.

« جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ »

“Perangilah kaum musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” (HR. Abu Dawd, an-Nasa'i dan Ahmad)

Demikian juga makna khilafah. Menurut Imam al-Mawardi, Khilafah (Imamah) yakni kepemimpinan atau kekuasaan/pemerintahan dilembagakan untuk menggantikan tugas kenabian _fii hiroosatid diin wa siyaasatid dunya_ (melindungi agama dan mengatur dunia dengan agama). Jelas khilafah merupakan negara yang berasaskan Islam. Tugasnya menjaga Islam dan mengatur urusan dunia dengan Islam.

Mengatakan bahwa khilafah yang diterapkan oleh para shahabat tidak lagi relevan di Indonesia jelas penyesatan publik yang terstruktur. Lalu memilintir makna khilafah untuk disesuaikan konteks pemerintahan sistem kapitalis sekular saat ini yang jelas-jelas tidak menjaga agama dan mengatur urusan dunia dengan agama, ini ialah tindakan menyembunyikan makna khilafah yang sebenarnya.

Ingat firman Allah ta'ala yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allâh dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. [al-Baqarah: 159-160]

"Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang Amat pedih. Mereka Itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka Alangkah beraninya mereka menentang api neraka! (TQS al-Baqarah: 174-175)

Demikianlah ancaman Allah bagi orang-orang yang menyembunyikan ayat Allah. Sekarang tinggal pilih. Melanjutkan upaya sistematis menjauhkan generasi dari syariat Allah ta'ala atau segera taubat nasuha?

/Mengukuhkan Islam Moderat Pesanan Barat/

Apa yang dilakukan Menag ini akan menyamarkan ajaran Islam bagi generasi. Secara sistematis generasi Islam dikaburkan pemahamannya tentang Islam yang sesungguhnya. Ajaran Islam dipelintir seolah-olah tak lagi relevan diterapkan di negeri ini. Tanpa mereka sadari mereka akan menjadi muslim moderat sesuai selera Barat. Yakni muslim yang pro terhadap kepentingan kapitalisme sekular. Muslim yang mendukung kebijakan-kebijakan zalim yang dikeluarkan oleh rezim. Muslim yang menganggap bahwa Islam tak perlu diterapkan secara total oleh sebuah negara, Islam cukup berada di hati individu saja.

Ide ini membentuk pribadi muslim yang akomodatif terhadap nilai-nilai kufur. Bila muslim memiliki karakter Islam moderat, maka tidak ada bedanya dengan kaum liberal dan sekular.

Akhirnya, ide pesanan Barat ini akan menjauhkan dari pelaksanaan Islam secara kaffah (menyeluruh). Dan mereka comot istilah ummatan wasathan dalam Al Quran untuk melegalkan agenda mereka. Istilah Islam Wasathiyyah pun dipelintir seolah-olah bermakna 'Islam moderat' demi menghalalkan hukum buatan manusia.

Dengan ide Islam moderat mereka akan leluasa mengobok-obok al Qur'an dan Sunah demi memuaskan nalar liarnya. Larangan LGBT mereka bela habis-habisan. Sedangkan kewajiban jihad, jilbab dan kerudung mereka perselisihkan. Kewajiban mewujudkan khilafah Islam pun mereka jadikan perdebatan. Akibatnya, umat ragu bahkan takut memperjuangkan syariat Islam kaffah dalam naungan Khilafah.

Inilah yang dilakukan kafir penjajah. Mereka memiliki kepentingan politik dan takut akan kebangkitan Islam, maka mereka tak hentinya mengaruskan Islam moderat agar persatuan umat tak terwujud. Sebab persatuan umat Islam merupakan lonceng kematian bagi peradaban Barat. Allahu a'lam bish shawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama