Learning by Daring, Why Not?



Oleh : Septa Yunis (Analis Muslimah Voice)

Hai Guys.. Gimana nih pembelajaran daringnya? Menyenangkan? Mengasyikkan? Atau malah membosankan? Memang sih, diawal awal itu asyik, because banyak waktu yang bisa dihabiskan di rumah, but semakin kesini rasanya daring itu jadi sesuatu berat dan menjadi beban, ya nggak sih?

Banyak yang mengeluhkan metode pembelajaran tersebut. Dari siswa sampai orang tua siswa. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat telah menerima menerima 213 pengaduan terkait pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Pengaduan terbanyak, sekitar 60 persen berasal dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun wilayahnya meliputi 14 provinsi dengan 45 kabupaten/kota.

Hal ini membuktikan metode pembelajaran Daring tidak efektif. Siswa, guru, dosen, mahasiswa, bahkan orang tua dituntut untuk beradaptasi dengan cepat dengan metode pembelajaran ini. Namun ada beberapa hal yang menjadi sebuah keluhan diterapkannya media daring ini, tidak semua siswa, mahasiswa, guru, dosen dalam kondisi yang sama.

Ada banyak faktor yang sangat berpengaruh  dalam penerapan sistem pembelajaran daring, diantaranya, faktor ekonomi, jaringan, dan fasilitas. Faktor faktor inilah yang menjadi kendala berlangsungnya pembelajaran daring.
Tidak semua siswa dapat mengikuti metode pembelajaran daring dengan baik dengan minimnya fasilitas. Pembelajaran daring memerlukan smartphone yang mendukung dengan aplikasi. Tidak semua guru dapat memahami sistem pembelajaran daring dengan sangat cepat. Pun tidak semua orang tua memahami teknologi saat ini.

Gaes, seharusnya nih ya, ini menjadi perhatian khusus pemerintah. Tapi.. Tapi, sepertinya pemerintah santai aja tuh menanggapinya, bahkan terkesan cuek bebek.
Sebelum pandemi pun, sistem pendidikan di Indonesia selalu menjadi sorotan, dari kurikulum yang gonta ganti macam naik angkot sampai biaya pendidikan yang mahal selalu menjadi keluhan para orang tua.

Sebenarnya nih, hal semacam ini sudah menjadi bukti kalau pemerintah gagal ngurus pendidikan, padahal ini menyangkut masa depan bangsa. Bukankah kita para pelajar, para mahasiswa adalah aset bangsa? Para calon pemimpin masa depan?

Gitu yaaa.. Abainya pemerintah mengatasi pendidikan. Tapi, beda loh dengan pendidikan ala Islam. Loh.. Loh bedanya dimana?
Pendidikan dalam Islam turut menciptakan suasana kondusif melalui penerapan sistem-sistem hidup lainnya. Because dalam Islam negara memiliki fungsi sebagai pengurus dan penjaga umat, bahkan wajib memastikan agar sistem pendidikan ini berjalan sempurna.

Lantas bagaimana pendidikan ala Islam disaat pandemi seperti ini? Dalam kondisi pandemi seperti ini, Islam mengambil kebijakan Lockdown. Dan itu artinya masa seperti ini belajar di rumah pun menjadi kebijakan yang harus diambil dalam negara Islam. But  kondisinya tentu nggak seperti pelaksanaan belajar di rumah saat ini dong yang banyak menimbulkan kegaduhan, baik dari siswa, orang tua hingga guru.

Negara Islam juga akan memenuhi kebutuhan rakyatnya yang terdampak Lockdown. Dengan demikian para orang tua akan lebih maksimal mendampingi anak anaknya dalam pembelajaran daring. Selain itu negara juga akan memberikan fasilitas yang akan mendukung berlangsungnya pembelajaran.

Naaaahhh... hanya negara  Islam yang mampu memberikan pelayanan pendidikan maksimal bin benar kepada rakyatnya baik pada kondisi wabah maupun tidak. Dengan begitu, Learning by Daring, Why Not?[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama