Ancaman Dibalik Pesantren Tangguh



Oleh : Septa Yunis
(Analis Muslimah Voice)

New normal menjadi alternatif pemerintah selanjutnya, setelah PSBB dirasa kurang berhasil. Tempat-tempat umum mulai dibuka, seperti pusat perbelanjaan juga sudah mulai dibuka dengan memperhatikan protokol kesehatan. Tak terkecuali pesantren. Pesantren juga sudah mulai dibuka kembali untuk tahun ajaran baru.

Seperti yang dilansir Liputan6.com, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkoordinasi dengan pemkab/pemkot dan pengasuh pondok pesantren pesantren di Jatim mengentai aktivitas pesantren yang akan kembali normal pada bulan Syawal secara bertahap. Pemprov memberi syarat agar pesantren menerapkan protokol pencegahan COVID-19 dengan ketat. Keputusan tersebut termaktub dalam Surat Gubernur Jawa Timur bernomor 188/3344/101.1/2020, tanggal 29 Mei 2020 yang ditujukan kepada bupati dan wali kota se-Jawa Timur dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Ada beberapa pesantren yang digadang-gadang akan menjadi pesantren percontohan untuk menerapkan era new normal. Salah satunya Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Diikuti dengan beberapa pondok pesantren lainnya, seperti Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri, Pondok Pesantren Darussalam Gontor,  Pondok Pesantren Darul Ulum Garsempal Omben Sampang, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang,  juga Pondok Pesantren Al - Falah Jeblog Talun Blitar dan sebagainya.

Dalam menjalankan pesantren tangguh di Jawa Timur, Pemda Jawa Timur memberikan Tiga poin yang wajib dipatuhi para pengelola pesantren di Jatim.  Pertama adalah pesantren sehat. Pesantren diharapkan mulai akrab dan tegas dalam menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari menggunakan masker, menyediakan hand sanitizer atau tempat cuci tangan menggunakan air mengalir dan dengan sabun. Kemudian kedua adalah pesantren bersih. Yaitu pesantren mengupayakan santrinya untuk terbiasa mencuci tangan  dengan air mengalir dan memperbanyak akses cuci tangan dan sanitasinya terus ditingkatkan.  Ketiga adalah pesantren TOPP. Ini akronim dari tanaman obat pondok pesantren.

Meskipun demikian, penerapan pesantren tangguh dirasa kurang tepat, pasalnya pesantren yang berbasis komunitas dan cenderung komunal justru dapat menjadi klaster baru. Sesuatu yang sepatutnya dihindari. Akan menjadi ancaman baru dan bukan tidak mungkin dengan dibukanya kembali pesantren jumlah kasus penyebaran corona semakin meningkat. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah.

Pesantren tangguh hanya akan menjadi ancaman bagi generasi. Bagaimana tidak, ditengah kasus penyebaran covid-19 yang semakin meningkat. Pemerintah memaksakan pesantren dibuka kembali. Bukan tidak mungkin akan membuat kekhawatiran beberapa pihak, salah satunya orang tua santri.

Pemerintah seharusnya memberikan solusi yang tegas dan tepat. Bukan hanya sekedar percobaan. Sekelas negara solusinya hanya sekedar percobaan, tanpa pengkajian yang panjang. Peran negara sangat penting dalam memberikan solusi, apalagi ini menyangkut generasi, yaitu para santri.
Di alam kapitalis, sudah menjadi kewajaran hal semacam ini. Solusi yang abal-abal hingga pengurusan rakyat selalu abai. Yang dipikran mereka hanya asas manfaat. Jika dirasa manfaat untuk para kapitalis akan diambil tanpa memikirkan nasib rakyat.
Jika tetap diberlakukan pesantren tangguh, siapa yang akan bertanggung jawab atas masalah yang muncul? Sudah pasti, semua tanggung jawab akan dibebankan kepada rakyat. Kedzoliman apalagi yang akan dipamerkan rezim ini?

Kedzoliman demi kedzoliman sudah nampak. Dan paling jelas ketika corana menghampiri negeri ini. Kebijakan demi kebijakan yang diterapkan bukan memberikan solusi, justru ancaman yang diperoleh rakyat. Sejak awal munculnya corona, pemerintah menganggap bukan masalah besar. Belum lagi kebijakan sosial distancing hingga PSBB yang terkesan kebijakan setengah setengah menjadikan negeri ini meningkat drastis angka penularan covid-19. Angka yang semakin meningkat dari hari ke hari membuktikan kebijakan pemerintah gagal total dalam menangani kasus corona tersebut.

Apalagi sekarang ditengah kurva Covid yang semakin meningkat, akan memaksakan santri kembali ke ponpes adalah tindakan yang membahayakan jiwa mereka. Tingkat penularan akan semakin cepat jika mereka berkumpul seperti ini. Solusi belajar daring seharusnya masih jadi pilihan yang terbaik walaupun banyak kekurangan. Fasilitas untuk protokol kesehatan pun akan tidak maksimal terpenuhi, karena untuk di RS dan bagi paramedis saja kekurangan. Inilah kebobrokan sistem sekuler kapitalistik, negara abai meriayah kebutuhan pendidikan rakyatnya. Hanya sistem Islam dengan Khilafahnya yang mampu memberi solusi tuntas dalam memberikan pelayanan pendidikan.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama