Oleh Anita Irmawati
(Analis Muslimah Voice)
Ramadhan bulan berkah nan mulia, ampunan hingga lipat ganda pahala tersaji menjadi hidangan didalamnya. Tak terkecuali tanggal-tanggal istimewa tersematkan sebagai kemuliaan, seperti 17 Ramadhan turunnya pedoman sumber aturan kehidupan yang dikenal dengan malam Nuzul Qur'an hingga malam Lailatul Qadar yang mempunyai keistimewaan bak seribu bulan. Malam ampunan yang Allah sisipkan segudang keberkahan didalam. Tak heran mendapatkannya penuh pengorbanan jua perjuangan. Menjadi teka teki ketika malam Lailatul Qadar kan datang diantara malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."
(HR. Bukhari no. 1901)
I'tikaf Dirumah Tak Mengurangi Ampunan Dan Keberkahan
Ramadhan tahun ini penuh dengan ukiran tinta sejarah, Corona menyapa saat Ramadhan tiba. Semua aktivitas luar terhenti hingga shalat tarawih berjamaah ditiadakan karena masjid ditutup demi mencegah penularan. Tak perlu sedih apalagi berkecil hati, Ramadhan tetaplah istimewa walau ditengah wabah. Corona bak teguran dan tanda cinta Sang Pencipta pada manusia. Bisa jadi bumi ini sudah tak sanggup lagi menampung dosa-dosa manusia. Tempat salah dan khilaf selalu menjadi alasan saat maksiat. Maka ampunan adalah obat ampuh mengugurkan dosa-dosa yang telah menggunung melebihi langit.
Biasanya masjid-masjid terisi penuh jika malam sepuluh terakhir Ramadhan. Masyarakat antusias memburu malam Lailatul Qadar. Tak heran berdiam diri dimasjid menjadi momen khusus saat Ramadhan kan meninggalkan. I'tikaf, berdiam diri menetap dimasjid, tersungkur bersujud atau berdzikir mengingat dan memuji Keanggunan-Nya, atau muhasabah mengingat segudang dosa yang telah dicatat oleh malaikat. Namun hal ini karena ibadah apalagi jika ibadah itu dilakukan bertepatan dengan malam seribu bulan. Masya Allah keutamaan dan keberkahan mengalir dalam setiap perbuatan serta tak tanggung-tanggung seluruh dosa yang lampaui kan diampuni.
Jangan bersedih hati saat masjid ditutup rapat, jangan sampai harapan i'tikaf pupus tergerus. Masjid ditutup bukan berarti ibadah tak bisa lanjut. Namun i'tikaf dirumah tetaplah harus hidup agar berburu malam seribu bulan kian bisa dilakukan. Karena Allah tak pernah menyulitkan hambanya apalagi dalam masalah beribadah. Tempat bisa dimana saja selagi raga masih bersatu dengan nyawa. Pun bisa menjadi muhasabah manusia, merenungkan Corona karena melanggar aturan Sang Pencipta, tersungkur meminta ampun serta mengembalikan kemuliaan aturan yang seharusnya diterapkan.
Corona merindu, menegur manusia karena menyepelekan aturan Pencipta. Bayangkan berapa Ramadhan yang terbuang tanpa keistimewaan melekat setelah tiada ? Corona mengajarkan bagaimana hidup pincang dalam aturan manusia. Memaknai Ramadhan sebagai ceremonial semata. Formalitas belaka yang membuat hura-hura diujung perpisahan, berbelanja perlengkapan, pakaian, hingga makanan yang melalaikan waktu kemuliaan. Pun seribu bulan terlewat tanpa diketahui dengan persiapan. Sungguh, diri ini merugi tak bisa memborong ampunan dan pahala apalagi ampunan kolektif saat manusia tak lagi diatur oleh aturan Sang Pencipta.[]