Kasus Raya, Bukti Lemahnya Perlindungan Negara

 



Oleh: Erna Ummu Azizah


Sedih, perih, miris dan ironis. Mungkin itu kata yang tepat untuk mewakili perasaan masyarakat saat mendengar berita kematian balita di Sukabumi, Jawa Barat bernama Raya. Anak berusia 4 tahun itu harus meregang nyawa akibat keterlambatan dalam penanganan penyakit TBC dan infeksi cacingan akut di seluruh tubuhnya.


Ngeri, membayangkan anak sekecil itu harus menderita bertahun-tahun tanpa ada pengobatan. Apalagi setelah diketahui bahwa sang ayah pun mengidap penyakit TBC dan sang ibu adalah ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Dengan kondisi rumah yang sangat memprihatinkan dan tak layak huni.


Rumahnya berbentuk panggung dan bagian bawahnya merupakan kandang ayam, yang diduga menjadi sumber infeksi cacing. Raya sering bermain sendiri di bawah kolong rumah panggungnya. Di situlah diduga telur-telur cacing dari kotoran ayam masuk ke dalam tubuhnya, entah karena tak sengaja dimakan, jarang cuci tangan, atau memang kurang menjaga kebersihan.


Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian tersebut. Menurutnya, kasus ini menjadi peringatan serius tentang pentingnya perlindungan hak-hak anak, terutama di bidang kesehatan, pengasuhan, dan lingkungan hidup yang layak. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya orang tua anak. (Tribunnews.com, 21/8/2025)


Potret Buram Sistem Kapitalisme


Kisah Raya yang viral di media sosial setelah diunggah oleh yayasan kemanusiaan bukan sekadar tragedi personal. Ia menjadi representasi dari ribuan anak yang hidup dalam kondisi tak layak di pelosok negeri. Sekaligus menjadi bukti bahwa pelayanan kesehatan di negeri ini belum mampu memberikan jaminan kesehatan bagi rakyatnya termasuk anak-anak.


Miris, mekanisme layanan kesehatan yang ada masih sebatas formalitas, prosedur yang rumit membuat layanan tidak bisa diakses oleh setiap orang. Sehingga tak sedikit kejadian pasien meninggal dunia karena terlambat ditangani. Dan lebih mirisnya lagi, respon para pejabat dan pihak terkait baru muncul setelah kabarnya mencuat ke publik. Jadi, selama ini dimana mereka? Apakah harus menunggu korban jiwa dan viral, baru mereka angkat bicara dan bertindak?


Inilah bukti betapa abainya negara dalam memberikan perlindungan bagi rakyat miskin dan lemah. Mereka dibiarkan hidup di kondisi sulit dan lingkungan yang tidak sehat. Kondisi buruk ini merupakan dampak penerapan sistem kapitalisme. Mereka yang punya privilege (harta dan tahta) yang bisa mendapatkan akses kesehatan dengan layak. Sedangkan rakyat kecil dibiarkan tetap sengsara tanpa ada rasa peduli terhadap nasib mereka.


Sistem Islam Sebagai Solusi


Dalam sistem Islam, kesehatan merupakan tanggung jawab negara. Negara wajib menjamin kesejahteraan dan menyantuni kalangan yang lemah, juga melakukan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan. Negara tidak boleh abai terhadap kesehatan setiap warganya karena itu amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat.


Kondisi sosial masyarakat pun terjaga dalam Islam. Kepedulian di antara masyarakat akan terbangun sehingga seorang Muslim tidak akan membiarkan tetangga/saudaranya berada dalam kesulitan, mereka akan bersegera menolong. Sehingga kasus meninggalnya seorang balita akibat keterlambatan dalam penanganan, tidak akan terjadi seperti saat ini.


Di samping itu negara juga wajib menyediakan layanan kesehatan dengan fasilitas terbaik, gratis, serta prosedur yang mudah, sehingga dapat diakses oleh semua kalangan, sebagaimana sudah pernah terjadi di masa Khilafah, yaitu negara yang menerapkan sistem Islam. Dimana sang khalifah yang merupakan pemimpin negara akan mengelola harta di baitul mal untuk kesejahteraan, pendidikan, keamanan, dan kesehatan seluruh rakyatnya tanpa diskriminasi.


Sungguh, hanya dengan penerapan sistem Islam dalam institusi Khilafah, masyarakat akan hidup aman, nyaman, sehat dan sejahtera. Sehingga kasus Raya dan yang serupa dengannya tidak akan marak terjadi seperti saat ini. Semoga umat memahami bahwa tegaknya Khilafah bukan hanya kebutuhan, namun juga kewajiban dari Allah dan Rasul-Nya agar kehidupan masyarakat selamat di dunia dan akhirat. Wallahu a'lam.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama