Oleh : Dewi Rahayu Cahyaningrum (Komunitas Muslimah Rindu Jannah Jember)
Fenomena perundungan anak semakin hari semakin bertambah parah dan semakin menggeliat. Miris memang, tapi itulah yang terjadi disaat dunia yang katanya mengalami kegemerlapan tehnologi, yang semakin bertambah maju dan canggih secara materi dimata manusia, ternyata masih menyisakan dan menyimpan persoalan, permasalahan yang tiada ujung penyelesaian.
Kasus perundungan akhir-akhir ini dilakukan oleh siswa SMP dimana mereka tumbuh dalam lingkungan yang menitikberatkan hanya pada prestasi yang diperoleh tetapi tidak memperdulikan nilai-nilai moral dan spiritual. Yang mereka kejar adalah nilai namun arah hidup mereka tidak menemukan. Mereka belajar berpikir kritis tetapi tidak mengetahui manfaat dari berpikir kritisnya. Fakta bertambahnya kasus perundungan setiap tahunnya semakin menguatkan bahwa kasus perundungan anak adalah fenomena gunung es.
Tahun ajaran baru yang seharusnya disambut dengan suka cita dan dengan pikiran, apa yang akan menjadi target kedepan dan apa yang harus dilakukan untuk fokus serta bagaimana cara mencapai apa yang sudah ditargetkan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Mereka malah membuat keonaran perundungan.
Fakta perundungan salah satunya terjadi terhadap siswa SMP oleh rekan-rekannya terjadi di Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat. Video aksi perundungan itu sempat terekam video dan diunggah ke media sosial hingga menjadi viral pada Kamis (8/6/2023). Korban dipukuli dan ditendang secara bergiliran oleh para pelaku. Bahkan, salah satu pelaku sempat mengancam dengan obeng akan membunuh korban.
Kapolrestabes Bandung, Kombes Budi Santoso membenarkan insiden perundungan tersebut dilakukan di kawasan Cicendo, Bandung. "Itu kejadian Jumat lalu dan hari Selasa pihak sekolah dan anak-anak itu sudah ada pertemuan, hari Kamis dan mediasi di Polsek Cicendo, nanti kita liat seperti apa mediasi di Polsek nya," ujar dia dikutip dari TribunJabar.id. Terpisah, pelaksana harian Polsek Cicendo, AKP I Wayan Mirasni menambahkan pelaku perundungan berjumlah enam orang (kompas.com, 10 juni 2023).
Fakta lain yang terjadi adalah pada seorang anak yang berlumuran darah di kepalanya setelah ditendang hingga terbentur batu, lalu diceburkan ke dalam sumur di Kampung Sadang Sukaasih, Desa Bumiwangi, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Kapolsek Ciparay, Iptu Ilmansyah mengungkapkan kejadian yang menimpa anak itu, terjadi pada Mei 2025. Anak tersebut, kata Ilmansyah merupakan korban perundungan. Kejadiannya bermula saat ia bersama dua orang temannya dan seorang pria dewasa lainnya, berkumpul di Kampung Sadangasih. Kemudian korban diperas oleh kedua temannya dan satu orang dewasa tersebut, untuk menenggak tuak. Korban menolak, namun kemudian diminum untuk meminumnya setengah gelas, kata Kapolsek saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Kamis (26/6).
Setelah diminum tuak, korban kemudian dipaksa kembali untuk merokok. Korban pun terpaksa menghisap rokok tersebut. Korban pun kemudian berencana untuk pulang. Namun oleh salah seorang temannya, korban malah ditendang yang berakibat mengenai bata hingga mengenai kepala korban. “Sehingga menyebabkan bagian kepala korban mengeluarkan darah setelah itu korban digusur lalu diceburkan ke dalam sumur dengan kedalaman kurang lebih 3 meter,” katanya (CNN Indonesia, Kamis, 26 Juni 2025).
Hal ini menunjukkan bahwa adanya krisis identitas, gagalnya regulasi, lemahnya sistem sanksi, serta definisi anak dalam sistem hari ini. Di sisi lain kasus perundungan yang terjadi juga menunjukkan kegagalan dalam Sistem Pendidikan. Dimana pendidikan gagal membentuk manusia seutuhnya, hanya mencetak pekerja, bukan pembawa perubahan. Semua ini merupakan buah buruk dari penerapan sistem kehidupan yang sekuler kapitalistik dalam semua aspek kehidupan. Pendidikan hanya dijadikan alat produksi kapitalisme, bukan sarana pembinaan jiwa. Tanpa pijakan nilai yang kokoh, generasi muda akan terombang ambing. Inilah potret suram kegagalan pendidikan Barat, membentuk generasi cerdas tetapi hampa.
Dengan demikian dibutuhkan adanya perubahan yang mendasar dan menyeluruh, tidak cukup dengan menyusun regulasi atau sanksi yang memberatkan, namun juga ada pada paradigma kehidupan yang diemban oleh negara. Islam menjadikan perundungan sebagai perbuatan yang haram dilakukan, baik secara verbal maupun secara fisik bahkan dengan menggunakan barang haram. Semua perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan.
Islam menjadikan baligh sebagai titik awal pertanggungjawaban seorang manusia. Sistem informasi dan sistem sanksi menguatkan arah Pendidikan yang dibuat oleh negara. Islam menjadikan sistem pendidikan yang berasas akidah Islam memberikan bekal dalam menyusun kurikulum Pendidikan dalam semua level. Bahkan pendidikan dalam keluarga pun negara memiliki kurikulumnya. Semua untuk mewujudkan generasi yang memiliki kepribadian Islam.
Untuk menjadi generasi Islam yang berkualitas adalah generasi yang memiliki keimanan yang kuat, memiliki kepribadian Islam yang tinggi, berjiwa pemimpin sehingga mampu mempengaruhi dan melakukan perubahan di lingkungan sekitarnya.
Mempersiapkan dan mendidik generasi Islam yang demikian tidaklah mudah, semudah membalikkan kedua telapak tangan. Keluarga adalah wadah pertama dan pilar utama yang memberikan kontribusi yang besar dalam mendidik generasi. Karena hal tersebut merupakan proyek yang teramat besar dan membutuhkan perjuangan serta perjalanan panjang dimana keluarga mempunyai peran serta aktif terutama bagi seorang ayah dalam membentuk generasi perubahan peradaban, sedangkan ibu yang mengajarkan Islam secara fundamental yaitu menggembleng anak-anak dengan iman, mengokohkan ketundukan kepada aturan Allah serta menyemaikan bibit keberanian, pantang menyerah dan semangat untuk mengejar ridha Allah dalam berjuang.
Keluarga juga merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak untuk belajar berperilaku, belajar tentang hidup dan kehidupan serta bagaimana seharusnya berjuang membela Islam. Keluarga yang kuat, ideologis dan berkarakter akan menjadi pondasi yang kokoh bagi perkembangan anak sehingga lahir generasi penggerak perubahan untuk menjadi pembela Islam.
Tetapi yang terjadi pada saat ini sungguh miris dan memprihatinkan karena bukan generasi penggerak perubahan untuk menuju kepada kebaikan dalam membela Islam, tetapi yang ada adalah generasi penggerak perubahan menuju kemaksiatan. Astagfirullah, nauzubillah.
Upaya yang harus dilakukan dalam menyiapkan generasi penerus peradaban Islam
Pertama. Memahamkan bahwa setiap muslim wajib berislam secara kaffah (menyeluruh) yaitu menanamkan keimanan yang kokoh dengan menjadikan sejak dini kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segalanya. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang sendi-sendi agama dalam diri anak yaitu mengenalkan kepada anak bahwa Islam mengatur seluruh urusan dunia dan urusan akherat. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri serta Islam juga mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lainnya. Rasullulah Saw bersabda : "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR al-Bukhari).
Kedua. Membiasakan senantiasa dalam ketaqwaan. yaitu mengenalkan Syariat Islam, termasuk adab dan akhlak mulia sejak dini. Rasulullah Saw bersabda : "Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka (jika meninggalkan sholat) ketika mereka berumur sepuluh tahun." Demikian juga dengan hukum-hukum yang lainnya seperti kewajiban berpakaian sempurna, larangan mencuri dan sebagainya. Mengajak anak-anak kita ke majelis-majelis ilmu untuk memperkaya pemahamannya tentang syariah Islam, berdiskusi bersama dan sebagainya.
Ketiga. Mengasah akal anak untuk berpikir yang benar. Orangtua haruslah memberikan informasi yang benar yang tentu saja bersumber dari ajaran Islam yaitu Al Quran dan as-Sunnah. Informasi ini dijadikan pijakan dalam menilai berbagai informasi yang di dapat. Peran ayah dan ibu amat sangat penting dalam merangsang anak menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Seorang ayah wajib mengetahui dan memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai kepala keluarga, begitu juga dengan peran seorang ibu, wajib mengetahui dan memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai madrasah pertama dan utama.
Keempat. Memahamkan kepedulian terhadap permasalahan umat dan kewajiban menawarkan solusi Islam dengan menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan. Untuk memperjuangkan dan membela Islam, umat Islam harus melakukan dakwah ke tengah-tengah umat, karena dakwah adalah kewajiban kaum muslim. Sudah seharusnya umat Islam menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan. Dengan begitu mereka menjadi para pembela Islam terpercaya. Sebagaimana Allah SWT memerintahkan kepada umat Nabi Muhammad Saw untuk menjaga diri dan keluarga mereka dari api neraka (QS at-Tahrim [66]: 6).
Kelima. Memberikan teladan bagi anak. Anak membutuhkan teladan yang baik bahkan hingga mereka dewasa. Sudah seharusnya orangtua selalu memberi contoh yang baik kepada anak bagaimana menjadi pembela Islam terpercaya, memberikan teladan bahwa setiap aktivitas apapun menjadikan Islam sebagai patokan, maupun pada saat dalam berpikir dan berdiskusi selalu menjadikan Islam sebagai rujukan.
Keenam. Taqarrub kepada Allah. Banyak hal yang bisa dilakukan bersama anak-anak untuk semakin dekat kepada Allah SWT, seperti shalat sunnah, memperbanyak dzikir, berdoa, shaum sunnah, tilawah al Quran dan banyak muhasabah. Dengan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah berarti kita telah mengundang bantuan, pertolongan dan pemeliharaan dari Diri-Nya. Rasulullah Saw bersabda : "Pada setiap malam Tuhan kami Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman, "Siapa saja yang berdoa kepada Diri-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa saja yang meminta kepada Diri-Ku, Aku akan mengabulkan permintaannya. Siapa meminta ampunan kepada Diri-Ku, Akupun akan mengampuni dia" (HR al-Bukhari Muslim).
Islam memiliki sistem pendidikan yang terbaik, yang mampu menghasilkan para generasi penerus peradaban berkualitas yang memiliki kepribadian Islam dan pola berpikir Islami. Dan dalam asuhan Islam, pemuda tumbuh menjadi generasi penerus peradaban terbaik serta berkontribusi positif terhadap negara.
Wallahu’alam Bishshawab.[]