Oleh Asri Herlina
Mentri Pendidikan Nadiem Makariem berencana melakukan “Pejodohan masal” antara Kampus dan Industri. Nadiem menegaskan perjodohan itu akan sampai pada tahap kontrak rekrutmen mahasiswa di perusahaan. (LensaIndonesia.com, 4/7)
Diharapkan dengan “perjodohan masal” (link and match) akan banyak pihak mendapatkan keuntungan. Tentu pihak perusahaan yang paling banyak diuntungkan dari program ini. Perusahaan akan bisa menghemat anggaran rekrutmen karyawan baru. Sebab, perusahaan tidak perlu lagi melakukan training yang menyita waktu juga biaya. Materi training di industri tersebut bisa dimasukkan sejak awal ke dalam kurikulum, dan diajarkan oleh dosen bersama praktisi dari industri.
Tidak hanya pada pendidikan tinggi, keinginan melakukan “perjodohan masal” antara pendidikan dan industri juga akan dilakukan pada tingkat sekolah menengah. SMK dituntut menghasilkan lulusan yang siap kerja dan sesuai kebutuhan industri. Dengan begitu, orang tua diberikan jaminan anaknya mendapat pekerjaan setelah lulus. Nadiem juga menginginkan agar kelak para orang tua berbondong-bodong memasukan anaknya ke SMK.
Ditengah pandemi yang tidak juga mereda, menjalankan pendidikan berorientasi industri seakan harapan baru bagi para pencari kerja. Bagaimana tidak, pandemi telah membuat banyak karyawan di PHK. Semakin sulitlah mendapat mendapat pekerjaan saat ini. Padahal pemenuhan kebutuhan hidup luar biasa mahalnya. Untuk mendapat pendidikan layak saja tidak semua kalangan dapat merasakannya.
Hanya saja, pendidikan itu bukan semata membentuk pekerja terdidik. Yang kemudian menjadi mesin bagi perkembangan roda perekonomian semata. Pendidikan yang semestinya bervisi membangun kepribadian utuh manusia sbg hamba Allah khalifah fil ardhi dikerdilkan hanya mencetak manusia bermental buruh. Tujuan pendidikan yang utama yakni membentuk kepribadian Islam dan tsaqofah Islam. Pendidikan harus menjadi tempat membentuk akhlakul karimah, akidah yang kokoh, berpikir cerdas juga mustanir.
Pemerintah harus bertindak sebagai pelaksana (operator) dalam pelayanan pendidikan bukan sebagai fasilitator dan regulator seperti hari ini. Dengan hanya menjadi fasilitaror dan regulator, pemerintah menunjukan ketidak berpihakkannya kepada rakyat. Sebab telah membuka celah bagi swasta untuk menentukan kebijakan dalam dunia pendidikan. Yang pada akhirnya pendidikan hanya sekedar transaksi untung-rugi.
Berbeda jauh dengan sistem pendidikan Islam. Dengan berorientasi akidah yang menjadi dasar utama. Ditambah dengan peran maksimal Negara sebagai operator pelaksana pendidikan, telah terbukti menghasilkan generasi emas peradaban. Khalifah akan bertanggung jawab menyediakan layanan pendidikan terbaik bagi setiap warga negaranya. Sebab berlandaskan pada hadist Rasulloh SAW,
“Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya”. (HR al-Bukhari)
Negara akan memastikan setiap warga negara dapat memenuhi kebutuhan pendidikan secara mudah, tidak berbelit-belit dan tidak dibebani biaya. Hal ini sangat dimungkinkan dalam Khilafah. Sebab, negara Khilafah mengatur anggaran secara terpusat dengan mekanisme pembiayaan yang dikelola Baitulmal. Negara menetapkan sumber-sumber pemasukan kas negara dan mekanisme pengelolaanya mengikuti Syariah Islam sehingga mampu memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan.
Buktinya nyata keberhasilan pendidikan Islam bisa kita lihat dalam sejarah. Al Khawarijmi, Ibnu Siena, Al Farabi, Al Zahrawi, Al Kindi dan masih banyak lagi imuwan terkemuka lainnya. Mereka lahir dari pendidikan berorientasi akidah. Pemikirannya tidak hanya cerdas tapi cemerlang, akhlaknya santun menyejukan, tapi tegas dalam akidah dan tentu siap jihad fii sabillah.
Sistem pendidikan berorientasi industri ala kapitalis, hanya akan menciptakan solusi tambal sulam bagi negeri. Sedangkan semeraut sistem pendidikan saat ini membutuhkan perubahan revolusioner. Dan hanya dengan sistem pendidikan Islam semua itu akan terwujud.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:
_“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”_ (TQS. Al A’raaf [7] : 96).[]