Salah Kaprah Kelola Pertamina





Oleh : Septa Yunis (Analis Muslimah Voice) 


Pertamina kembali menghebohkan publik. Dimana belum lama ini, PT Pertamina (Persero) mengekspor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar ke Malaysia sejumlah 200.000 barel atau setara dengan 31.800 KL. BBM jenis solar yang diekspor ini merupakan berstandar Euro 4, nama produknya high speed diesel (HSD) 50 PPM Sulphur.


Produk HSD 50 PPM Sulphur ini dikembangkan oleh Pertamina Refinery V Balikpapan. Ekspor diangkut melalui kapal MT. Ridgebury Katherine Z. (detikfinance.com)


Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, angkat bicara, kalau dihitung dengan kurs tengah BI yang berlaku September 2020 Rp 14.750 dan harga HSD USD 47,5 per barel, maka harga jual per liter HSD itu hanya Rp 4,407 per liter ke Malaysia. produk HSD yang berstandar Euro 4 itu jauh lebih baik dari pada BBM Pertamina Dex kalau di SPBU Pertamina sekarang dijual dengan harga Rp 10.200 per liter.


Hal ini dikarenakan Pertamina Dex belum diproduksi sepenuhnya di kilang Indonesia sehingga harga berlaku menggunakan harga impor yang lebih mahal. 


Selain itu, Pengamat ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai hingga saat ini jenis konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia paling tinggi masih pada jenis Euro 2.


Langkah ekspor HSD tersebut menunjukkan tidak ada perencanaan yang matang antara produksi dan konsumsi BBM berjenis Euro 4 di dalam negeri. Di satu sisi, Pertamina ekspor BBM oktan tinggi setara Euro-4, tapi di sisi lain masih impor Premium BBM oktan rendah. 


Kebijakan apalagi yang ingin ditunjukkan oleh penguasa negeri ini. Permainan apalagi yang hendak dipertontonkan demi kepentingannya sendiri. Rakyat bukannya untung, malah semakin Tercekik dengan kebijakan asal - asalan dan akal - akalan pemerintah. 


Di tengah pandemi, harga BBM untuk rakyat sendiri tak kunjung turun, sedangkan untuk ekspor harga terjun bebas. Dengan dalih, Pertamina Dex belum sepenuhnya diproduksi di Indonesia. Inilah akibatnya ketika sumber daya alam yang melimpah ruah tidak dikelola sendiri, namun Asing dan Aseng lah yang dipercaya untuk mengelola. 


Kekayaan migas yang besar, negeri ini tetap tidak mampu mensejahterakan rakyatnya. Kacaunya pengelolaan BBM yang membolehkan pihak asing turut ambil bagian dalam pemanfaatan BBM.


Hampir 85% minyak dan gas Indonesia dikuasai oleh asing. Investasi asing di sector migas juga semakin meningkat. Kenaikan ini menunjukkan bahwa modal asing semakin mendominasi di sector migas Indonesia.


Hal ini adalah kewajaran dalan sistem kapitalisme yang berlandaskan pada materi. Sistem ekonomi kapitalisme telah mengajarkan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya akan terwujud jika semua pelaku ekonomi terfokus pada akumulasi kapital.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم