KETIKA ADAB TAK DIINDAHKAN

 


Mamay Maslahat, S.Si., M.Si.

Dosen 


Siapa yang tidak merasa miris dan prihatin melihat tindakan anggota Banser yang menggeruduk Lembaga Pendidikan Madrasah, Yayasan Al Hamidy–Al Islamiyah di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang pada bulan Agustus 2020.  Kelompok Banser yang dipimpin oleh Ketua GP Ansor Bangil, Kabupaten Pasuruan ini dianggap tidak punya sopan santun dan adab. Mereka nampak berbicara kasar dan bentak-bentak seorang Ulama/Ustadz pengelola lembaga pendidikan tersebut yang bersebrangan pendapatnya dengan mereka. Wakil Sekertaris jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Najamudin Ramli, pada program Kabar Petang, TV One menyatakan bahwa “ada etika dan akhlak yang diajarkan bagaimana sopan santun kepada orang tua. Seluruh organisasi tidak boleh melakukan tindakan menghakimi sendiri, karena ada polisi sebagai bagian dari keamanan dan penegakan hukum”. Jika dilihat dari sepak terjangnya akhir-akhir ini, ormas tersebut kerap sekali mempertontonkan tindakan arogan kepada siapa saja yang berseberangan dengan mereka, tanpa melihat apakah orang tersebut ustadz ataupun tokoh di daerah tersebut. Sayangnya, tindakan ini seolah-olah didiamkan saja tanpa diberikan sangsi.  


Islam sangat memperhatikan tentang adab. Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in, dan yang mengikuti mereka sangat meperhatikan permasalahan adab. Karena adab adalah bagian dari syariat yang dengannya terwujud kemaslahatan dunia dan akhirat. Syariat Islam adalah kumpulan dari aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, yang masing-masing tidak dapat dipisah-pisahkan. Jika mengesampingkan salah satu dari perkara tersebut, misalnya akhlak (adab), maka akan terjadi ketimpangan dalam perkara dunia dan akhirat. Bahkan suatu ibadah tidak ada nilainya manakala adab dan akhlak tidak dijaga. 


Adab memiliki pengaruh yang besar untuk mendatangkan kecintaan dari manusia, sebagaimana firman Allah: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut, terhadap mereka. Seandainya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (Ali ‘Imran: 159). Dalam hal adab/akhlak, Rasulullah adalah uswah dan qudwah, sosok teladan bagi seluruh manusia. Rasulullah berbuat baik dan adil tidak hanya kepada para sahabatnya, bahkan terhadap musuh sekalipun beliau tidak pernah mengesampingkan adab. Allah SWT telah memuji akhlak Rasulullah dalam firman-Nya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4). 


Adab adalah perkara yang sangat penting sehingga para ulama telah menulis banyak kitab yang berkaitan dengan adab dan akhlak. Al-Imam Al-Bukhari di dalam Shahih-nya memuat lebih dari 250 hadits tentang adab. Bahkan beliau menulis kitab khusus tentang adab yang diberi judul Al-Adab Al-Mufrad. Al-Imam Abu Dawud, murid Al-Bukhari, juga memuat sekitar 500 hadits tentang adab dalam kitabnya. Demikian pula Ibnu Hibban memuat lebih dari 670 hadits adab dalam Shahih-nya. Dan kitab-kitab adab lainnya yang sangat banyak. 


Sudah seharusnya, kaum muslimin menjaga dan memelihara adab dalam setiap aspek kehidupannya, tidak terkecuali dalam berhadapan dengan orang yang berbeda pendapat dan pemahamannya, terlebih lagi jika orang tersebut lebih tua usianya, dan seorang alim ulama atau guru/ustadz.  Cukuplah sabda Rasulullah SAW di bawah ini menjadi pengingat bagi kita, karena memang Rasulullah adalah suri tauladan kita. 


“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua, menyayangi yang muda, dan tidak mengetahui hak orang berilmu di antara kami.” (Hr. Ahmad dan Hakim, dinyatakan hasan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 5443). Wallahu Alam Bi Showab.

[]


*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama