Oleh: Yuyun Rumiwati
Raja Willem Alexander menyampaikan permintaan maaf atas kekerasan di masa kalau usai proklamasi. Permintaan maaf tersebut disampaikan pada presiden Jokowi di Istana kepresidenan (cnni, 10/3/2020).
Tidak heran jika permintaan maaf tersebut menimbulkan pertanyaan. Ada apa dibalik ucapan permintaan maaf tersebut?. Mengapa baru sekarang disampaikan setelah 350 tahun menjajah. Di usia Indonesia 75 tahun lepas dari jajahan negara tersebut?
Benarkah permintaan maaf tersebut tulus? Atau ada motif tertentu di baliknya. Mengingat sulit ditemukan makan siang gratis dalam kamus kapitalis. Lalu, mungkinkah ada permintaan maaf gratis?
Ada beberapa catatan yang butuh diperhatikan sebagai bentuk kewaspadaan bagi negeri ini. Mengingat potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia Indonesia cukup menggiurkan bagi negara asing untuk memilikinya. Entah sebagai lahan investasi pun lahan pasar dan buruh uang murah bagi asing.
Pertama: Tabiat negara Kapitalis adalah Kepentingan di atas segalanya. Mereka akan melakukan segala macam cara untuk meraih misinya. Walau harus merendahkan harga dirinya. Semisal minta maaf. Asal target tercapai. Segala cara halal bagi mereka
Negara-negara kapitalis yang dimotori negara Eropa pada masa lalu. Tabiatnya tidak lepas dari penjajahan. Yang kita kenal dengan gold, glory and gospel. Entah berupa penjajahan fisik seperti Belanda terhadap Indonesia kala itu. Atau non fisik sebagaimana politik AS dan Cina mencekram Indonesia saat ini. Atau yang lebih kita kenal dengan neoimperialisme (penjajahan gaya baru).
Jadi tidak menutup kemungkinan kedatangan Belanda adalah untuk mengulang masa kejayaannya di Indonesia seperti kala itu, namun dengan cara berbeda. Atau yang disebut dengan neoimperialisme. Walaupun secara pengaruh kekuatan politik dunia Belanda tidak setangguh AS maupun Cina. Namun, kekuatan ideologi kapitalisme yang Belanda anut akan mendorong mencari peluang dalam misi penjahahannya.
Hal tersebut bisa kita lihat dari harapan raja Willem agar terjadi kerjasama yang saling menghargai, mempercayai dan menguntungkan antar Indonesia-Belanda. Terlebih semangat pemuda Indonesia untuk belajar di Belanda cukup tinggi. Hal tersebut diterima dengan terbuka oleh Jokowi
Hal tersebut jika tidak diwaspadai menjadi pintu peluang bagi Belanda untuk mendekte Indonesia atasnama kerja sama. Terlebih track record Indonesia yang amat lembek terhadap Asing.
Kedua: Butuh Standar Jelas untuk memastikan keuntungan bagi Indonesia. Tentu tak cukup dengan retorika manis dan menghayutkan, terkait kerjasama yang saling menghargai dan menguntungkan. Butuh standar dan filosofi jelas sebagai landasannya. Jika tidak, Indonesia hanya sebagai objek dan lahan hegemoni asing. Baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan sebagainya.
Standar yang jelas sebagaimana Islam mengatur. Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan kerja sama dengan asing antara lain: memastikan bahwa negara tersebut bukan negara harbi fi'lan (yang memusuhi Islam dan kaum muslimin), misal. AS, Israel.
Kerjasama tersebut diarahkan untuk membawa kemaslahatan bagi warga daulah. Bukan, sebalikny membawa kemudaratan bagi warga dalam negeri. Sebagaimana kerja sama selama ini. Atas nama investasi Indonesia didekte oleh negara investor sesuai kepentingannya. Tak heran bertambahnya pembangunan infrastruktur hasil kerjasama dengan asing. Tak berpengaruh signifikan terhadap lapangan kerja bagi rakyat Indonesia. Bahkan, gelombang PHK pun terus ada. Jika demikian, mana keuntungan yang dirasakan bagi rakyat negeri ini?
Dari dua point di atas dapat disimpulkan, selama kapitalisme demokrasi bercokol di negeri ini independensi Indonesia tidak pernah terealisasi. Justru Indonesia hanya sebagai objek hegemoni bangsa-bangsa kapitalis.
Terkait hal tersebut wajib bagi semua untuk mengingat Kalamullah dalam Qs. An-Nisa' ayat 141, "Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin."
Karenanya tiada pilihan lain, selain kembali pada sistem Islam. Dengan penerapan Islam kaffah segala bentuk penjajahan akan hilang dari negeri ini. Allahu a'lam bi showab.[]