Oleh: Desi Wulan Sari
Alhamdulillah kamis ini, 16 Januari 2020 masih diberi kenikmatan untuk selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan. Nikmat udara, nikmat sehat, nikmat iman, nikmat Islam, nikmat diberi teman, sahabat dan kerabat yang luar biasa sampai detik ini.
Siapapun disekitar kita bisa menjadi penyemangat dan pembelajar bagi diri kita sendiri bahkan orang lain. Perlunya upgrade diri merupakan keharusan, ketika kita berada dilingkungan yang tepat maka bersyukurlah bahwa Allah sangat sayang pada kita.
Sahabat, jika kita flash back kembali ke masa lalu, pastinya akan teringat dong poses awal perjalanan hidup setelah masa balita, dari awal masuk sekolah dasar hingga selesai perguruan tinggi.
Perasaan puas ketika luapan bahagia datang saat kita lulus SD, senangnya minta ampun,karena yang merasa anak kecil dengan seragam merah putih sudah bersiap masuk SMP, pertanda sudah siap menjadi anak remaja.
Gayanya gak kalah lebay pastinya, saat SMP sudah mulai banyak teman plus banyak kegiatan, makin baper, makin sensi karena sudah mulai baligh. Dan tidak kalah pentingnya, yang jadi pikiran kita saat itu, sekolah SMA mana yang mau dituju? Hmm.. I'm ready to growing up now"...putih abu dong.
Sampailah SMA yang dinanti. Masa yang katanya lagi gaul-gaulnya untuk mencari jati diri. Belajar sana, belajar sini plus dengan berbagai kegiatan eskul yang super sibuknya. Dan pastinya saat itu kita merasa ada sesuatu dong yang "wow" special kata anak jaman sekarang. Hmm..."i'am nearly sweet seventeen now."
Lulus SMA, perguruan tinggi menjadi incaran sesuai dengan kemampuan finansial orang tua dan akademis masing-masing. Wah-wah lelahnya mencari ilmu, rasanya akan terbayar kalo kita sudah lulus, bisa dapat kerja, punya modal bisa usaha ataupun berumah tangga. Best future lah pokoknya.
That's it!
Tujuan hidup generasi zaman sekarang seakan finishnya sampai disitu. Gak mau neko-neko, hidup lurus-lurus aja, gak perlu banyak masalah, pokoknya gayanya tuh lebih kearah "mind your business."
// Hey!...wake up!//
Kalau kita masih punya mindset kayak gitu, rasanya akan malu luar dalam sama eyang aku yang satu ini. MasyaAllah bisa nangis-nangis bombay generasi masa depan sekarang, kalau melihat bagaimana eyang hingga saat ini tidak kenal yang namanya maju mundur cantik. Hmm... Yang ada tuh maju terus pantang mundur, pantang menyerah.
Allah akan selalu menghadirkan orang-orang baik, orang-orang solih ditengah-tengah umat manusia. Salah satunya sebagai pengingat bahwa Allah menciptakan manusia untuk saling tolong menolong dan saling menasihati.
Firman Allah swt, dalam surah Al Asr, ayat 31:
illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr
Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Supaya tidak gagal paham dengan mindset hidup, kenalkan eyang super aku yang satu ini. Di usianya yang ke 88 tahun beliau masih sangat kritis dalam pemikirannya. Kesusksesan hidup dalam akademis mengantarkan beliau menjadi seorang pengajar sebuah Universitas ternama yang tangguh. Bagi sebagian orang, khususnya PNS saat mendekati usia pensiun tentu yang dipikirkannya adalah bagaimana menjalani hari-hari tua dengan nyaman dan bahagia nanti, tanpa harus memikirkan urusan lain. Nah, nah ... "Halu gak sih tuh" (penj: halusinasi).
Tapi tidak bagi seorang eyang Peni, beliau saat menasuki masa pensiun justru tidak diijinkan oleh dirinya sendiri untuk berleha-leha. Baginya ilmu adalah kunci keuksesan dalam hidup. Tentu tidak akan diragukan ilmu akademis eyang sangat luar biasa.
Akan tetapi yang nembuat aku salut tak terhingga ketika melihat beliau menemukan arah kebahagiaan spiritual yang lama kosong karena kondisi dan situasi saat itu. Dari zaman penjajahan Jepang, Belanda dan masa perang kemerdekaan, beliau jalani pahit manisnya hidup bersama orang tua kala itu, alhhasil ilmu agamapun minim untuk bisa dikaji lebih dalam.
Saat kepuasan ilmu dunia tak mampu mengalahkan hati yang gelisah, tatkala ilmu agama belum dirasa cukup sebagai bekal akhirat maka saatnya upgrade diri. Bagi eyang ilmu dunia boleh cukup tapi ilmu agama jangan coba-coba untuk ditinggalkan.
Beliau adalah pengajar yang hebat bagi mahasiswanya. Dan yang membuat aku super melow saat ini, beliau sangat merendah dengan mengatakan "saya ini murid yang sangat butuh ditransfer ilmu dari sang guru spiritual." beliau sungguh menyayangi dan menghormati mbak Yuli Kusumadewi Anshory begitu beliau menyebutnya, sang guru "cilik" pengajar kami dalam sebuah kajian ilmu. Kajian tafsir, membaca Alqhran, tsaqofah Islam, pengembangan cara berpikir siyasi, bahkan adab-adab dalam syariat pun beliau terima ilmunya dengan sungguh-sungguh. "MasyaAllah, Alhamdulillah."
Itulah eyang, usia yang sudah berada di angka 88 tahun bukan menjadi penghalang bagi beliau untuk terus belajar, belajar dan belajar dalam mencari ilmu dunia dan akhirat. Rasa syukur apa lagi yang patut dicari, selain hanya kenikmatan dan keberkahan dari Allah swt, Serta anak-anak solih sebagai investasi akhirat bagi kedua orang tuanya kelak. "Allah Akbar."
Firman Allah swt, QS Ar rahman, ayat 31:
Arab-Latin: Fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān
Artinya: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
////
Sahabat, saatnya kenalan yuk dengan eyang tersayang kami, beliau bernama:
Prof. Emerita Dr. dra. Peni S. Hardjosworo, M.Sc. Beliau lahir di Cepu, 18 Desember 1939, status Dosen Luar Biasa.
Pendidikan :
Sarjana Kedokteran Hewan, UI, 1959, Master Bidang Poutry Science, University of Hawaii, USA (1961), Doktor Bidang Ilmu Ternak, Institut Pertanian Bogor (1989).
Beliau guru besar di Kampus IPB, Bogor, pensiun dengan emeritus dan sampai usia 88 tahun masih aktif di kampus membimbing mahasiswa pasca untuk tesis dan disertasi.
Bidang Ilmu : Ilmu Produksi Ternak Unggas
Mata kuliah yang diasuh :
1.Pengelolaan Bahan Pangan Asal Unggas (S2)
2.Masalah Khusus (S3)
3.Bionomika Ternak (S2)
4.Biologi Perbandingan dalam Produksi Unggas (S2)
5.Kapita Selekta Ilmu Ternak Unggas (S3)
6. Tingkah Laku dan Kesejahteraan Ternak Unggas (S3)
Organisasi :
* Komisi Bibit Nasional (1998-Sekarang)
* Tim Standarisasi dan Akreditasi Bibit Unggas, Departemen Pertanian, Jakarta (1999-sekarang)
////
Eyang Peni kami senang dipertemukan dengan eyang di tempat yang penuh keberkahan. Eyang menjadi penerang hidup kami, guru hidup kami, orang tua kami, panutan kami dalam menghargai kehidupan dunia dan mencintai kehidupan akhirat sebagai terminal akhir hidup manusia.
Terima kasih eyang, terima kasih atas kehadiranmu di tengah-tengah kami. Saatnya bagi kita untuk tetap semangat dalam mencari ilmu. Jangan cepat puas dan berbangga diri. Kita tidak boleh kalah sama eyang, karena eyang telah menunjukkan dalam kehidupan ini, bahwa belajar itu wajib hingga ke liang lahat. Barakallah eyangku. Wallahu a'lam bishawab.[]